Menilik Salam Jogja Melalui Perspektif Institusi Sosial

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat vital bagi masyarakat. Pendidikan menyimpan norma norma yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu, agar dapat menjawab masalah kehidupan serta menjadi manusia yang beradab. Karena kebutuhan manusia yang kompleks, pendidikan semakin diakui sebagai aset penting, hingga kemudian pendidikan pun melembaga (institutionalized). Melalui institusi pendidikan, individu bersosialisasi, berproses, dan memenuhi kebutuhannya untuk dididik secara lebih teratur. Norma-norma yang ada dalam institusi pendidikan sangat diperlukan untuk mengatur kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Kehidupan masyarakat, tentunya akan lebih mudah dan terorganisir dengan adanya institusi-institusi pendidikan. Ini sejalan dengan pendapat Saat (2013), bahwa institusi mengorganisasi norma-norma yang disetujui untuk melakukan tujuan-tujuan spesifik. Dengan institusi, kebutuhan sosial dapat dipenuhi sementara beban transaksi juga dapat turun (Scott, 2005).

Sanggar Anak Alam Jogja atau Salam Jogja adalah salah satu institusi pendidikan non-formal yang ada di Ngestiharjo, Bantul, DIY. Sebuah institusi dikatakan melembaga apabila norma di dalamnya diketahui, dipahami, ditaati, dan dihargai (Saat, 2013). Di Salam Jogja, norma berupa praktik-praktik pendidikan telah dibentuk dan diatur sehingga diterima oleh komunitas di dalamnya. Salam Jogja mempunyai goals, function, dan formation yang unik dan inovatif, sehingga menarik untuk ditinjau dengan menggunakan perspektif institutional entrepreneurship.

 

Goals, Function, dan Formation Institusi Pendidikan Salam Jogja 

Goals

Salam Jogja mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan pendidikan yang humanis, membumi, serta sarat nilai lokal dan budaya. Untuk merealisasikannya, kurikulum pendidikan di Salam Jogja berpusat pada metode pembelajaran yang mendukung kepercayaan diri, kemandirian, kebebasan ekspresi dan sifat cinta lingkungan serta kebudayaan lokal. Salam Jogja memberikan siswanya pendidikan karakter dan real life skills tanpa meninggalkan capaian akademis. Proses belajarnya banyak dilakukan dengan eksperimen serta pengalaman, dengan tujuan agar pembelajaran lebih bermakna dan relevan bagi keseharian anak (Susanto, 2006).

Nilai nilai yang telah disebutkan merupakan goal inti yang menjadi landasan institusi untuk melakukan aksi terhadap organisasi, struktur, maupun pemikirannya. Proses tersebut membantu institusi dapat bertahan hidup. Ada 3 hal yang dapat menjamin institusi, yaitu regulasi, normatif, dan kognitif pada institusi (Scott, 2005).

Di Salam Jogja, baik regulasi, normatif, dan aspek kognitifnya sejalan dan saling mendukung. Regulasi yang ada di Salam Jogja mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi yang ada di kurikulum nasional, serta tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar antar siswa dan guru. Ini menunjukkan regulasi Salam Jogja tetap mengikuti hukum dan peraturan nasional. Dari aspek normatif, Salam Jogja mempunyai pemikiran untuk menyelenggarakan pendidikan yang mengikuti kodrat anak, yaitu tempat belajar yang dekat dengan alam dan lingkungan komunitas. Adapun kurikulum di Salam Jogja memperhatikan capaian kompetensi belajar yang lebih bebas dan tidak terlalu formal. Sedangkan kognitif yang menyokong Salam Jogja adalah proses interaksi dan pembentukan nilai pengetahuan antara siswa, guru, beserta alam dan lokalitas (Latif dkk, 2020).

Function

Function atau fungsi berkaitan dengan tujuan suatu sistem. Salam Jogja mempunyai fungsi sebagai tempat belajar untuk mencetak generasi yang siap menghadapi masalah di dunia nyata. Di Salam Jogja, murid belajar secara holistik atas dasar keinginannya dibantu bersama fasilitator. Daur belajar yang dilakukan adalah merencanakan, melakukan, ungkap data, menganalisis, serta menyimpulkan pembelajaran (Khamalnah dkk, 2020). Hal tersebut mendukung fungsi Salam Jogja sebagai tempat belajar yang merdeka namun tetap relevan dengan tujuannya sebagai institusi pendidikan. Fungsi tersebut tidak dapat lepas dari goals jelas yang telah ditetapkan, karena fungsi bertujuan untuk menjalankan institusi menuju goals. Fungsi akan terlaksana dengan baik jika disokong oleh institusi yang dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan goals-nya.

Formation

Salam Jogja didirikan oleh Toto Rahardjo dan Sri Wahyaningsih, dengan formasi komunitas berupa guru, siswa, relawan, serta donatur (Salam Jogja, 2021). Mereka mempunyai peran masing masing di Salam Jogja, yang penting untuk merealisasikan tujuan-tujuan institusinya. Guru di Salam Jogja lebih berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi belajar siswa dengan lingkungan sekitarnya, sedangkan siswa berperan sebagai aktor utama dalam pembelajaran (Khamalnah dkk, 2020). Siswa diminta untuk mengalami dan menciptakan sendiri pengetahuannya, bukan sekadar “disuapi” oleh hafalan dan pengetahuan tanpa makna. Kedua peran inti ini adalah formasi yang saling mendukung untuk menciptakan nilai khas Salam Jogja. Sementara itu peran relawan dan donatur berfungsi untuk mendorong pembelajaran secara teknis dan materi agar dapat berjalan sesuai dengan nilai yang diharapkan untuk dicapai.

Pengembangan Salam Jogja Dengan Perspektif Institutional Entrepreneurship

Institusi mengorganisasi norma, dan jika dikaitkan dengan entrepreneuship maka menjadi kegiatan institution making. Jadi, institutional entrepreneurship adalah produksi institusi yang inovatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan minat masyarakat (Kusworo, 2015). Adapun yang menjadi hasil dari institutional entrepreneurship adalah keuntungan berupa goal yang terealisasikan.

Di Salam Jogja, pendidikan yang dilakukan berbeda dengan sekolah formal kebanyakan. Ini merupakan bentuk potensi bagi suatu institusi pendidikan untuk berkembang dalam lingkup yang tidak banyak ditempati institusi pendidikan lainnya. Metode belajar yang diadopsi Salam Jogja mengundang inovasi dalam dunia pendidikan. Ini membuat Salam Jogja diminati sebagai institusi unik sehingga membuat Salam Jogja bertahan dari arus persaingan sekolah formal.

Dengan nilai-nilai serta goals yang kuat, Salam Jogja dapat memperkuat pula fungsi dan formasi yang dimiliki sebagai institusi unik. Pemikiran untuk mendukung potensi alamiah anak turut membentuk persepsi masyarakat mengenai proses belajar yang tidak harus dilakukan di ruang kelas.

Jadi, Salam Jogja adalah institusi pendidikan yang mempunyai goals, function, dan formation yang kuat. Untuk mengembangkan Salam Jogja, inovasi tetap dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan institusi. Adapun hal-hal yang harus dijaga adalah goals, regulasi, normatif, maupun kognitif yang kuat dan sejalan satu sama lain.

 

Daftar Pustaka:

Dwiastuti, V. (2016). Sekolah Biasa Saja: Kajian terhadap Praktik Pendidikan Etika Alternatif yang Diajukan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta (Doctoral dissertation, Tesis).

Khamalnah, K., Malia, A., & Maulida, A. N. (2020). STUDI LITERATUR: SISTEM KURIKULUM SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) YOGYAKARTA YANG HOLISTIK DAN MEMERDEKAKAN. Konferensi Ilmiah Pendidikan 20201(1), 54-61.

Kusworo, H. A. (2015). Framing poverty: An institutional entrepreneurship approach to poverty alleviation through tourism. University of Groningen.

Latif, B., Mahmood, Z., Tze San, O., Mohd Said, R., & Bakhsh, A. (2020). Coercive, normative and mimetic pressures as drivers of environmental management accounting adoption. Sustainability12(11), 4506.

Saat, S. (2013). Pendidikan Sebagai Institusi Sosial. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan16(2), 178-187.

Scott, W. R. (2005). Institutional theory: Contributing to a theoretical research program. Great minds in management: The process of theory development37(2), 460-484.

Susanto, D. (2016). Harmonisasi Kearifan Lokal Terhadap Implementasi Pendidikan Karakter di Sanggar Anak Alam YOGYAKARTA. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an3(1).

https://www.salamyogyakarta.com/. (2021, 30  Juni). Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Diakses pada 30 Juni 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Resiliensi Melalui Persiapan Studi Ke Luar Negeri

Daijoubu Guitar Chords by Monkey Majik

Membangun Pendidikan Humanis Melalui Mindset Humanis