Dwibahasa Bagi Perkembangan Bahasa Anak, Hambatan atau Bukan?
Maraknya perpindahan penduduk ke
daerah yang berbeda bahasa adalah hal yang tak dapat dihindari. Karena
bermacam-macam kepentingan, banyak keluarga memutuskan untuk pindah dari satu
daerah ke daerah lain yang berbeda wilayah, budaya, dan tak terkecuali, bahasa.
Perpindahan penduduk seperti transmigrasi, urbanisasi, ruralisasi, imigrasi,
maupun emigrasi biasanya diputuskan oleh orangtua, dan perpindahan ini
seringkali melibatkan anak usia prasekolah yang sedang mengalami proses
pemerolehan bahasa.
Setiap anak mempunyai bahasa
pertamanya yang dipelajari di dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Ketika
anak tiba-tiba pindah ke lingkungan sekolah atau masyarakat yang bahasanya
berbeda dengan bahasa pertamanya, perkembangan bahasa pertama bisa saja
menghambat anak untuk berbicara. Anak bisa kesulitan untuk memproduksi kata dan
kalimat yang dapat mengganggu proses belajar dan komunikasinya.
Dwibahasa adalah kemampuan menggunakan dua bahasa, dalam hal ini dapat berbicara, membaca, dan menulis bahasa ibunya dan bahasa asing dengan kemampuan yang sama. Teori mengenai kedwibahasaan ini berbeda-beda di kalangan akademisi. Bagi Elizabeth Hurlock (1997), kedwibahasaan adalah suatu gangguan ketika belajar bahasa. Sedangkan akademisi lain seperti Santrock (2007) meyakini kedwibahasaan memiliki efek yang positif terhadap perkembangan kognitif anak.
Dalam pengaruhnya terhadap bahasa pertama, dua teori tentang kedwibahasaan ini akan dibuktikan dengan penelitian yang saya lakukan. Dengan adanya penelitian ini, akan dibahas apakah pemaparan anak terhadap dua bahasa pada usia prasekolah dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pertama anak atau tidak. Lihat paper versi akademiknya di sini.
Komentar
Posting Komentar