Mendongeng
adalah praktik literasi kaya manfaat yang telah dilakukan turun temurun dalam
budaya kita. Dongeng cerita-cerita rakyat di sekitar kita seperti kisah Kancil
hingga Roro Jonggrang, misalnya. Didalamnya terdapat moral, pembelajaran, dan
budaya yang kental, bukan? Dongeng-dongeng tersebut tentu tak akan sampai di
telinga kita tanpa adanya orang yang bercerita kepada kita. Biasanya, dongeng
disampaikan oleh orangtua untuk memberi pengajaran kepada anak-anak agar generasi
muda dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi. Maka dari itu, mendongeng
dapat ikut mewariskan budaya dan menjadi bagian dari kearifan lokal yang
diceritakan generasi terdahulu. Tetapi akibat arus zaman, mendongeng tidak lagi
dianggap sebagai hal yang relevan untuk diberikan kepada anak. Meceritakan
dongeng dianggap sepele dan kuno. Bahkan, beberapa orangtua lebih senang
memberikan gadget kepada anak dibandingkan repot-repot menghibur anak dengan
bercerita. Padahal, banyak sekali manfaat mendongeng, diantaranya menjalin
hubungan yang erat antara orangtua dan anak, meningkatkan daya literasi dan
imajinasi anak, serta mengajarkan rasa simpati pada anak.
Dongeng biasanya
diceritakan kepada anak-anak, khususnya anak usia dini. Namun, tidak menutup
kemungkinan dongeng juga diceritakan kepada anak-anak yang lebih besar, bahkan
orangtua sekalipun. Dalam membesarkan anak, mendongeng dinilai sebagai cara
yang ampuh untuk mengembangkan skill bahasa anak. Mengapa? Ketika anak
mendengarkan dongeng ia dapat mempelajari kosakata-kosakata baru, kaidah
linguistik, dan gaya bahasa yang akan memperkaya kemampuan berbahasa anak.
Mendengarkan dongeng juga dapat merangsang kemampuan imajinasi dan kepekaan
moral anak, sebab dongeng biasanya adalah cerita yang kaya akan
kemungkinan-kemungkinan dan mengandung banyak pesan serta amanat. Namun, perlu
disadari bahwa semua manfaat mendongeng tersebut tidak dapat terjadi tanpa
adanya ketepatan ketika mendongeng. Dalam mendongeng, dibutuhkan teknik dan
metode agar cerita yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh pendengar
agar nantinya dapat meraih manfaat-manfaat yang telah disebutkan sebelumnya.
Setelah mengetahui manfaat mendongeng bagi anak, lantas bagaimanakah cara mendongeng yang efektif? Menceritakan dongeng perlu
memperhatikan banyak hal. Dari segi cerita yang akan disampaikan, pilihlah
cerita yang mudah dimengerti anak sesuai dengan rentang usianya.
Contohnya anak usia dini diberikan cerita fabel yang sederhana,
sedangkan anak-anak usia sekolah dasar yang lebih tinggi dapat diceritakan
dongeng legenda yang mempunyai dasar sejarah. Selain itu, cerita yang akan
dibacakan juga sebaiknya sudah dipahami oleh pendongeng. Menguasai cerita
adalah indikator yang penting. Dengan pendongeng mengerti jalan cerita dongeng
yang akan disampaikan, akan membuat pendongeng lebih mudah mengeksplor kemungkinan-kemungkinan
bercerita sehingga menjadi lebih menarik.
Agar
nilai pendidikan ketika mendongeng sampai kepada anak, ada beberapa hal pokok
yang dibutuhkan untuk mendongeng diantaranya adalah artikulasi atau pengucapan,
mimik atau ekspresi wajah, gerak tubuh, serta penjiwaan. Jika keempat aspek
tersebut terpenuhi, pendongeng dapat menambah lagu atau alat peraga dalam
bercerita. Berikut ini adalah pembedahan ketiga poin tersebut:
a) 1. Pengucapan,
Pelafalan, dan Intonasi.
Dongeng
terkenal akan tradisi lisannya. Ini berarti lafal dan pengucapan memainkan
peran penting ketika menceritakan dongeng. Ketika bercerita, kata kata yang
diucapkan harus jelas. Tidak hanya sekadar keras, namun intonasi disesuaikan
dengan naik turun cerita. Intonasi dapat membantu anak memahami alur cerita
mana yang tegang atau berkonflik dan mana yang tidak. Lirihkan suara ketika
terjadi kemalangan kepada tokoh, bahkan berbisik bila perlu. Pembacaan cerita
yang cepat maupun lambat juga dapat disesuaikan untuk memberi kesan mengena pada
cerita. Sama halnya dengan cerita yang mempunyai orientasi, konflik, serta
penyelesaian, pembacaan cerita juga wajib memperhitungkan naik turun pengucapannya.
a) 2. Mimik
atau Ekspresi Wajah
Bandingkan
wajah pendongeng yang ekspresif dengan pendongeng yang wajahnya datar, hanya
sekadar membaca. Manakah yang lebih menarik untuk diperhatikan? Sebagai
anak-anak yang daya konsentrasinya seringkali berpindah-pindah, penting bagi
seorang pendongeng untuk selalu mendapatkan perhatian anak agar anak memahami
keseluruhan cerita sehingga dapat memetik pelajaran. Ini dapat dilakukan dengan
menjadi semenarik mungkin untuk diperhatikan anak. Pasang mimik yang semangat
dan menggebu ketika cerita sedang naik. Pasang mimik prihatin ketika cerita
sedang turun. Pendongeng juga bisa mendapatkan perhatian anak dengan menatap
mata setiap audiensnya. Sadar tidak sadar, tatapan mata yang intens dapat
mentransfer energi cerita kepada anak agar cerita mengena kepada jiwa anak. Anak
yang senantiasa diperhatikan akan terpenuhi kebutuhan jiwanya, dengan ia
diperhatikan, anak juga akan balas memperhatikan kita dengan baik.
a) 3. Gerak
Tubuh
Gerakan
tangan adalah gerakan paling umum ketika seseorang sedang bercerita. Selain mudah,
gerakan tangan yang tepat akan mendapatkan perhatian lebih dari anak. meskipun
begitu, keseluruhan postur tubuh pun juga penting diperhatikan. Anak akan lebih
tertarik mendengarkan pendongeng yang percaya diri serta mantap postur
badannya. Lalu, menyentuh dan memegang anak juga bisa dilakukan sebagai bentuk
afeksi. Pada dasarnya, anak yang lebih kecil peka terhadap sentuhan-sentuhan
hangat sehingga akan senang bila dielus kepalanya.
4. Penjiwaan
Aspek ini tidak
kalah penting dari aspek lainnya dalam mendongeng. Agar anak dapat terbawa
suasana dan bisa meresapi cerita, pendongeng harus pandai membawakan isi
dongeng dengan penjiwaan. Penjiwaan berfungsi untuk membangun suasana sesuai
cerita. Ketika suasana sedih, diharapkan anak juga akan terbawa emosi sehingga
ikut sedih, begitu pula dengan suasana senang atau tegang. Dengan sedikit
emosi, cerita yang awalnya datar akan menjadi menarik untuk diperhatikan.
Teruslah berlatih mengoptimalkan keempat
aspek yang sudah disebutkan di atas. Jika pendongeng dapat menguasainya,
cobalah untuk berimprovisasi dengan musik atau alat peraga agar cerita menjadi
semakin menarik.
5. Bercerita dengan Musik dan Alat
Peraga
Bercerita dengan musik dan alat
peraga membutuhkan keterampilan, yakni keterampilan mengimbangi antara metode bercerita
dengan mengoptimalkan alat bantu, yakni musik atau alat peraga. Walaupun
memakai musik atau alat peraga dapat membantu membangun cerita, tetapi jika
tidak lihai memanfaatkannya akan menjadi bumerang bagi pendongeng. Maka dari
itu, pendongeng harus sudah menguasai aspek-aspek dasar mendongeng terlebih
dahulu
· -Musik
Musik pengiring
dapat diselipkan di tengah tengah cerita agar pendongeng dapat bernyanyi
bersama dengan anak. bernyanyi dapat mengubah suasana sehingga anak bisa lebih bersemangat
mengikuti cerita. Jika mempunyai kemampuan bermain musik, dapat mencoba membawa
alat musik ketika bercerita.
-Alat peraga
Alat peraga dapat
berarti banyak hal. Bisa benda, makanan, boneka, wayang, apapun yang dapat
membantu audiens membayangkan jalan cerita. Tentu saja alat peraga
didemonstrasikan ketika bercerita. Pastikan alat peraga tidak merepotkan
pendongeng dan tidak berlebihan sehingga pesan dalam cerita dapat tersampaikan
dengan baik. Ingat, alat peraga hanyalah sebagai alat bantu. Esensi awal
mendongeng adalah mengekspresikan ide lewat cerita yang disampaikan secara
verbal, maka dari itu jangan sampai terlalu menitikberatkan penggunaan alat
peraga.
Nah, setelah mengetahui teori-teorinya, praktik adalah cara terbaik untuk belajar mendongeng. Jika tak tahu dimana harus memulai, ikuti tips berikut ini untuk melatih kecakapan mendongengmu.
1. Percaya Diri. Biasakan untuk
berani tampil di depan umum. Sadari bahwa audiens bukan hal yang menakutkan,
pahami audiens adalah orang-orang yang penasaran ingin mendengar cerita dari
kita. Dengan begitu, tifak ada rasa takut untuk tampil. Tetapi kalaupun
pendengar hanya satu atau dua, kepercayaan diri tetap dibutuhkan ketika
bercerita.
2. Senang
Membaca. Terkadang
mendongeng tak selalu membacakan cerita dari buku. Ada kalanya kita dapat
berimprovisasi tanpa bacaan. Jika hal ini terjadi, kita membutuhkan gudang
kosakata yang dapat memungkinkan kita bercerita dengan lancar. Selain itu,
mendongeng seringkali membutuhkan kemampuan menginterpretasikan cerita untuk
menarik kesimpulan.
3. Banyak Mendengar
dan Melihat Orang Bercerita. Mendengar dan
melihat orang yang lihai mendongeng dapat menginspirasi kita. Kita dapat
melihat teknik-teknik mendongeng yang dilakukan oleh profesional, sehingga
dapat mendorong kita melakukan hal yang sama.
4. Memahami Tujuan
Mendongeng Adalah Untuk Berbagi Inspirasi dan Wawasan. Mendongeng
mempunyai manfaat yang besar untuk generasi muda. Ia mempunyai tujuan mulia
dalam mendidik anak. Jika kita mempunyai prinsip ini, akan muncul rasa ingin
memenuhi tujuan ini demi kebaikan, dan mendongeng menjadi hal yang dilakukan
tanpa beban.
5. Mencoba
Mendongeng Langsung. Hal yang
terpenting setelah belajar teori cara mendongeng adalah mencobanya langsung.
Tak harus mendongeng dihadapan orang lain, kita dapat berbicara di depan
cermin. Berbicara sendiri atau merekam suara ketika mendongeng. Ini akan
membantu mengevaluasi kekurangan dan kelebihan kita ketika mendongeng, serta
membiasakan kita berbicara dan improvisasi.
Komentar
Posting Komentar