Menjadi Guru dan Murid Sekaligus

Person Holding Orange Pen

Dalam hidup saya, Saya menjadi guru dan murid sekaligus.

Ketika saya menjadi guru, saya belajar dari anak anak murid. Belajar bagaimana mereka melakukan sesuatu dengan cara serta sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang baru, ada yang unik. Semua hal itu turut memberi andil bagi saya, seorang guru yang semangat mencari ilmu sebanyak banyaknya agar selalu punya suplemen pengetahuan untuk dibagi.

Saya juga adalah seseorang yang diajar—seorang murid. Label murid akan selalu melekat selama saya menuntut ilmu. Apalagi prinsip "lifelong education" menjadikan saya seorang "murid" terus sepanjang hidup. Selama saya belajar, dari SD hingga berkuliah saya biasa diajar oleh guru/dosen yang punya bermacam-macam sifat. Ada yang passionate mengajar, ada yang asal-asalan, ada yang seperlunya saja, ada yang bepikir "yang penting sudah memenuhi jam mengajar".
Melalui hal tersebut, saya pun belajar bagaimana menjadi guru yang baik dari melihat tabiat-tabiat guru saya terdahulu. Guru-guru yang baik akan saya contoh. Guru yang mengecewakan akan saya jadikan pembelajaran untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Saya sadar, sebagai siswa yang diajar guru yang asal-asalan rasanya mengecewakan. Guru-guru seperti itu tidak membuat saya simpatik sama sekali. Maka dari itu, saya harus menghormati murid-murid saya jika saya ingin dihormati. We take what we give! Penting bagi saya untuk memperlakukan murid-murid dengan baik jika saya ingin diperlakukan dengan baik.
Intinya, kedua peran yang saya lakukan bukan paradoks, ia sama sama belajar, dan sadar tidak sadar menjadi dua bagian integral yang saling mendukung peran satu dengan yang lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Resiliensi Melalui Persiapan Studi Ke Luar Negeri

Daijoubu Guitar Chords by Monkey Majik

Membangun Pendidikan Humanis Melalui Mindset Humanis