Hakikat Pendidikan, Mengapa Kita Belajar?

People Wearing Backpacks

"Pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia",

Begitulah kalimat yang dilontarkan kakak tingkat kami ketika masa orientasi di fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan kala itu. Fakultas ini adalah salah satu fakultas yang tertua di kampus kami, Kampus Putih. Aku rasa, selain gedung yang bercat putih, Kampus Putih mempunyai simbol kebaikan dan kesucian yang ingin ditonjolkan.

Lupakan cerita tentang kampusku. Aku ingin bicara tentang hakikat pendidikan. Di jurusan pendidikan khususnya di sini, ada satu mata kuliah wajib bernama Filsafat Ilmu. Salah satu bahasan matkul ini menilik bagaimana ilmu berkembang dan bagaimana ia dapat membangun peradaban, dari zaman prasejarah hingga sekarang. Sejak dulu, pendidikan adalah sesuatu yang menjadi "alat" bagi manusia untuk melanjutkan hidup. Pada zaman sulit, manusia mempertahankan diri dengan cara mempelajari lingkungan sekitarnya. Agar seseorang mendapat makanan, ia harus berburu. Untuk berburu, ia membutuhkan senjata. Melalui proses berpikir (dalam hal ini "pendidikan") dibuatlah senjata menggunakan tombak batu dari buah deduksi hasil belajarnya. Lambat laun, pendidikan tidak hanya digunakan untuk meringankan pekerjaan, melainkan makanan untuk pikiran yang maju.

Mengapa harus belajar? Tidak seperti pendidikan sekarang yang dimaksudkan untuk mendapatkan kerja atau dapat nilai bagus, belajar saat itu adalah untuk mendapat sebenar-benarnya ilmu. Hakikat utamanya, ilmu adalah untuk memanusiakan manusia serta membedakan kita dengan binatang. Binatang mungkin berpikir, namun mereka tidak berakal. Maka jika kita melihat berita kejahatan di televisi atau menemui orang orang tak berhati nurani, kita sering membandingkan mereka tidak kurang lebih dari binatang.

Pendidikan tak hanya tentang gelar. Lulusan SD yang bekerja keras secara jujur saya rasa punya "pendidikan" yang lebih unggul dibandingkan lulusan PhD anggota DPR tetapi dicap sebagai pembohong rakyat. Sebab, gelar yang didapatkan dari belajar bertahun tahun itu dimaksudkan agar kita menjadi manusia seutuhnya, yang paham bagaimana berperilaku sesuai moral. Kalau sudah banyak orang yang tingkah lakunya diluar akal, maka seharusnya kita bertanya-tanya, apakah ia benar-benar manusia?

Kita mesti selalu ingat hakikat ini. Bahwa kita belajar untuk menjadi manusia yang sebenar-benarnya.
Mari memanusiakan diri kita sendiri. Jangan pernah lelah belajar menjadi manusia seutuhnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Resiliensi Melalui Persiapan Studi Ke Luar Negeri

Daijoubu Guitar Chords by Monkey Majik

Membangun Pendidikan Humanis Melalui Mindset Humanis