Book Summary: Renaisans Islam
Segmen baru di blog nih! Namanya Books Summary, isinya ringkasan dari buku-buku teks atau pengetahuan umum yang aku baca. Kenapa buku teks? Hmm ya gimana ya mungkin karena lebih bermanfaat dan emang buku teks itu penting buat dirangkum supaya melekat terus di otak. Jadi lebih faedah karenaa gak cuma dibaca sekali terus lupa. Hoke gays dibaca ya, lumayan jadi gausah baca buku tebel-tebel tinggal baca aja summary-nya.
Rangkuman buku pertama di blog ini adalah buku non-fiksi yang menurutku wajib dibaca buat semua muslim sih, judulnya Renaisans Islam. Biar kita tau sesukses apasih Islam dahulu karena dibahas banyakk seluk beluk tentang Islam pada zaman kejayaannya.
Mainly buku ini tarikhul islam banget dan cocok buat junkies sejarah. Ohya mon maap ini rangkumannya terlalu panjang sebenernya soalnya dipake buat ikut lomba:( Yak sudahi basa basinya langsung sajo.
Renaisans Islam (2015) oleh Supriyadi. Rangkuman oleh Audrey Shafia
Bagian I
Inspirasi Membangun Peradaban
Inspirasi Membangun Peradaban
Perihal Sejarah dan Renaisans
Islam
Menurut Bernard Lewis, sejarah itu diingat, ditemukan kembali,
dan ditemuciptakan. Sejarah diingat dalam masa sekarang, ditemukan kembali setelah
hilang baik untuk keperluan riset atau keperluan lainnya. Ditemuciptakan dalam arti
sejarah ditulis secara berbeda dari tujuan-tujuan sebelumnya yang hanya sekadar
“mengenang masa lampau”.
Sejarah adalah suatu cerita di masa lalu. Namun terkait dengan
entitas suatu bangsa, sejarah adalah suatu fenomena yang besar dan mampu mendongkrak
martabat suatu masyarakat atau bangsa yang mempunyai identitas besar. Maka,
sejarah besar adalah kebanggaan komunitas pemilik sejarah itu sendiri.
Suatu bangsa yang dengan sejarah besarnya menjadi bangsa
yang bermartabat, akan merasa terus menjadi bangsa yang bermartabat jika mampu
terus menghargai sejarah masa lalunya. Sedangkan sebaliknya bagi bangsa yang
melupakan sejarahnya seringkali bersikap pesimis karena ketiadaan motivasi dari
sejarah besarnya di masa lampau. Ini berarti sejarah mampu membuat prediksi di
masa depan.
Sejarah juga mampu memberikan pengaruh kuat sebagai entitas dan
identitas suatu komunitas masyarakat. Sejarah dapat menciptakan pertumpahan darah
yang menjadi bukti betapa kuatnya pengaruh sejarah. Jika sejarah diputarbalikkan
akan menjadi senjata tajam yang dapat mencabik bangsa manapun serta dan siapapun.
Ada beberapa sejarawan yang menceritakan sejarah sesuai kehendak
dan pengaruh berbagai kepentingan, maka banyak bermunculan sejarah palsu yang
mampu mempengaruhi umat manusia. Karena dampak besar yang dapat ditimbulkan penulisan
sejarah, hendaknya sejarah diceritakan sebagaimana adanya, objektif, dan berdasarkan
sumber-sumber yang valid.
Begitu pula sejarah Islam yang sangat berperan di dunia ini.
Merupakan agama samawi, Islam adalah salah satu agama terbesar yang paling
banyak pemeluknya serta memiliki kekuatan yang besar. Dengan demikian, sejarah
Islam pun hendaknya ditulis sebagaimana adanya.
Berawal dari Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT
untuk disebarkan kepada umat manusia. Kemudian sedikit demi sedikit berkembang dan
semakin banyak pengikutnya. Hingga wafatnya Nabi Muhammad SAW pun Islam terus disebarkan
lebih luas lagi oleh para sahabat. Diteruskan oleh empat kekhalifahan yakni kekhalifahan
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Di bawah mereka, terjadi banyak perubahan bahkan penyebaran Islam
mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Masa kekhalifahan Dinasti Ummayah selepas empat kekhalifahan
terdahulu pun telah menjadikan imperium Islam menjadi sebuah negara kuat secara
ekonomi, militer, dan politik meskipun mulai mencontohkan sistem kekuasaan monarki.
Namun demikian, karena terjadi berbagai faktor yang menggerogoti eksistensi kekhalifahan,
imperium Islam di bawah naungan Dinasti Umayyah akhirnya jatuh ke tangan kekuasaan
Dinasti Abassiyah.
Di masa Dinasti Abassiyah inilah terjadi renaisans Islam
yang peradabannya mendominasi dunia. Gerakan intelektual, penerjemahan buku-buku
ilmu pengetahuan, penelitian-penelitian penting dan lain-lain telah menjadikan Islam
sebagai sebuah peradaban besar dalam sejarah dunia.
Orang-orang muslim dari dunia Arab serta dari Spanyol, Mesir,
India, Afghanistan, Yordania dan sebagainya, menghasilkan cendekiawan-cendekiawan
besar yang tidak buta terhadap kekayaan ilmu pengetahuan dan literatur dari dunia
Helenistik dan Kristen.
Kontribusi para ilmuwan dan cendekiawan yang didasari oleh ilmu
pengetahuan itulah yang menjadikan imperium Islam mendominasi dunia dengan gerakan
intelektual. Sejak kekuasaan Dinasti Abassiyah, umat Islam telah melakukan penyerapan
ilmu dengan kecepatan yang luar biasa. Ilmu-ilmu terbaik dari semua peradaban besar
dunia seperti Yunani, Romawi, Persia, India, dan Cina, semuanya dikumpulkan,
diterjemahkan, dianalisis secara sistematis, dan kemudian dikembangkan lagi.
Semua itu adalah hasil dari ajaran Rasulullah SAW yang mengutamakan ilmu dan meninggikan
derajat orang-orang berilmu.
Kejayaan Islam di masa lalu sangatlah gemilang. Salah satu peninggalan
peradaban yang gemilang itu adalah pemikiran. Pemikiran-pemikiran tersebut telah
membangun gerakan intelektual yang menghasilkan penemuan. Penemuan-penemuan itulah
yang menjadi landasan menuju puncak kejayaan.
Begitu pula Andalusia, yang menjadi satu-satunya wilayah di
bawah imperium Islam yang sangat maju tiada bandingnya di Eropa. Semua itu karena
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Ketika itu, Eropa Tengah sedang
tidur nyenyak dengan kerendahan peradabannya. Umat Islam Andalusia yang datang dari
pelarian Arab mampu menaklukkan Semenanjung Iberia dan datang dengan membawa budaya
dan tradisi baru. Islam di Andalusia pun membangun peradabannya sendiri hingga mampu
menjadi gerbang pencerahan bagi kebangkitan Eropa selanjutnya.
Islam Peradaban Teks
Salah satu kunci suatu peradaban dalam membuka gerbang kemajuan
adalah maraknya penguasaan keilmuan yang tidak lain bersumber pada literatur-literatur
teks ilmu pengetahuan. Dengan teks atau catatan literatur tersebut, pemikiran
para tokoh berpengaruh dapat disebarkan. Peradaban teks suatu imperium tertentu
mampu memengaruhi gerakan keilmuan umat manusia.
Imperium Islam pun hadir dalam memberikan pencerahan bagi dunia.
Buku-buku yang masih tersisa dari Imperium Yunani, Romawi, Persia, bahkan India
dan Cina diadopsi dan diterjemahkan kedalam bahasa Arab, bahasa resmi masyarakat
Islam kala itu.
Dari Teks Menuju Kemajuan
Kedatangan Islam bersama Al-Quran
telah menandingi karya-karya sastra masyarakat Arab pada masa sebelumnya. Masyarakat
Arab yang sangat membanggakan karya sastra tersebut justru tidak banyak yang
bisa baca tulis meskipun karya sastra dianggap sebagai suatu kehormatan.
Kunci dari peradaban teks masyarakat Arab dan Islam kala itu
adalah Al-Quran. Hal itulah yang menginspirasi peradaban teks dari penerjemahan
buku ilmu pengetahuan dan penemuan cara membuat kertas. Karenanya kota-kota di
wilayah kekuasaan Islam menjadi penuh dengan perpustakaan besar dan megah.
Di Timur, kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan
termaju di dunia, negeri kaum filsuf dan para penyair besar. Sedangkan di
Barat, Andalusia dan kota-kotanya mencapai masa keemasannya dengan penduduk
hingga ratusan ribu jiwa.
Seiring dengan kemajuan dan prestasi yang mengagumkan dalam
tradisi ilmiah dan dunia tulis menulis, nilai-nilai adab dan etika menjadi
pedoman dalam tradisi kepenulisan ilmiah para sarjana muslim. Nilai dan etika inilah
yang menjadi sebab bagi kuatnya autentisitas keilmiahan ilmu pengetahuan yang
ketika itu berkembang pesat.
Tuntutlah Ilmu Hingga
ke Negeri Cina
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak hanya bertauhid sebagai kepentingan ukhrawi semata,
melainkan juga bertauhid untuk kepentingan duniawi. Lebih dari mengajarkan tata
cara beribadah, bersosial, bermuamalah, dan lain sebagainya, Islam menganjurkan
agar umatnya berada pada jalur duniawi melalui ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW
sendiri menganjurkan umatnya agar mencari ilmu sebanyak-banyaknya walau sampai
ke negeri Cina, karena tingginya derajat seseorang yang berilmu.
Banyaknya keutamaan dan anjuran menuntut ilmu dijadikan
semangat umat Islam pada masa lalu karena merupakan bagian dari ibadah. Apalagi
dari kitab suci umat Islam, Al-Quran, terdapat banyak ilmu yang dilahirkan.
Maka tidak heran jika banyak gerakan keilmuan yang begitu marak dan berhasil
melahirkan masa kejayaan Islam pada saat itu.
Hijrah
Kegemilangan Arab tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
Islam. Jika sebelumnya Arab bukanlah peradaban dunia yang unggul, setelah Nabi
Muhammad SAW datang membawa agama Islam, pelan-pelan Jazirah Arab berkembang,
tumbuh, hingga mampu maju dengan pesat.
Semua kemajuan itu tidak lepas dari perjuangan Rasulullah
SAW yang mendapat berbagai cobaan dalam berdakwah, terutama di awal-awal masa
dakwah di Mekah. Setelah 13 tahun mengalami tekanan berat dari kaum kafir
Quraisy, datanglah perintah hijrah kepada Nabi Muhammad SAW langsung dari Allah
SWT.
Hijrah dari Mekah ke Yastrib yang kemudian dikenal sebagai
Madinah menginspirasi strategi Rasulullah SAW dalam membangun kekuatan Islam
hingga pada akhirnya Madinah menjadi sebuah basis kuat bagi perkembangan Islam.
Penduduk Madinah memberikan Nabi Muhammad SAW ruang seluas-luasnya untuk melaksanakan
dakwah Islam, memerintah dengan hukum Allah SWT, dan memimpin umat dengan
bijaksana. Berbagai terobosan baru yang dilakukan mampu menciptakan masyarakat
madani, peradaban yang maju, umat yang sejahtera, dan berbagai hal positif
dapat diraih. Dengan hijrah pula, Nabi Muhammad mampu menaklukkan Mekah dengan
peristiwa Fathu Makkah, peristiwa
luar biasa sehingga Mekah berhasil dikuasai umat Islam tanpa peperangan.
Peradaban Madinah
Pasca hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW membangun agama sekaligus
peradaban Madinah. Jadilah Madinah suatu peradaban religius yang mempunyai
tatanan sosial baik, hubungan sosial yang harmonis, penuh keramah-tamahan dan
toleransi, serta berbagai nuansa sosial positif lainnya.
Iqro’
Al-Quran secara bahasa berarti bacaan, dan ayat Al-Quran yang
turun pertama kali adalah perintah untuk membaca. Islam pada dasarnya
menganjurkan kepada umatnya agar membaca karena ilmu pengetahuan didapatkan
dari membaca.
Secara historis, tradisi membaca telah mengakar dalam
masyarakat Arab terutama umat Islam untuk menekuni ilmu lewat membaca.
Muncullah kehausan akan buku-buku bacaan yang berkualitas dan mengandung ilmu
pengetahuan. Hingga akhirnya, mereka pun menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan dari luar Jazirah Arab yang telah lebih maju.
Kitab Al-Quran mengajarkan kepada umat manusia untuk
mendalami berbagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dari membaca. Bahkan
Al-Quran sendiri adalah sebuah kitab ilmu pengetahuan karena di dalamnya banyak
mengandung dan menyingkap ilmu-ilmu diniyah,
ijtima’iyah, maupun kauniyah yang
ketiganya saling berkaitan. Selain bermuatan ajaran-ajaran agama, kitab suci
umat Islam ini juga mengandung ilmu pengetahuan, baik sosial maupun kealaman.
Seseorang yang menekuni ilmu pengetahuan, baik ilmu sosial
maupun ilmu kealaman akan melihat dan mengetahui kebesaran Tuhan. Ilmu-ilmu
sosial adalah yang terkait dengan hubungan makhluk dengan Tuhan (hablum min Allah) dan antar manusia (hablum min al-nas). Sedangkan ilmu
kealaman membahas bahwa di balik alam terdapat kekuatan luar biasa dan maha
dahsyat, hal ini mampu mengantarkan umat manusia menuju kepatuhan kepada Allah
SWT.
Semua telah termuat dalam Al-Quran yang wajib dibaca. Pada
dasarnya, tradisi membaca menjadi inspirator untuk kemajuan suatu bangsa, dan
Islam telah mengajarkan umatnya untuk melestarikan tradisi membaca tersebut.
Etos Keilmuan Muslim
Pada masa pra-Islam tidak ada yang melihat masyarakat Arab
sebagai masyarakat beradab. Arab hanyalah wilayah di tengah-tengah gurun pasir
yang panas, letaknya terisolasi, dengan masyarakat yang tidak bermoral, tidak
mengenal tradisi baca tulis, dan kolot. Lalu datanglah Nabi Muhammad SAW dengan
ajaran yang membebaskan masyarakat Arab dari belenggu kebiadaban dan kebodohan.
Islam datang memberikan undang-undang secara umum untuk digunakan secara
menyeluruh dalam segala aspek kehidupan.
Dengan panji Islam, Rasulullah SAW berhasil menyatukan
wilayah Arab menjadi sebuah kekuatan yang hebat. Arab berkembang bahkan setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat semakin menunjukkan kapasitasnya sebagai masyarakat
yang unggul.
Etos para sarjana muslim ini tidak lepas dari peranan agama
Islam yang mengajarkan umatnya untuk tekun menuntut ilmu. Etos tersebut
benar-benar terpatri di lubuk sanubari para ilmuwan dan cendekiawan muslim
sehingga melanggengkan tradisi menuntut ilmu. Tradisi ini mampu membangun
peradaban Islam yang kokoh. Bagi para ilmuwan Muslim, menuntut ilmu merupakan
ibadah yang amat tinggi nilainya. Mereka
betul-betul meresapi ayat-ayat suci Al-Quran yang menyeru kaum Muslim untuk
mempelajari alam semesta beserta isinya sebagai bagian dari tugas agama.
Kritis, semangat untuk menyingkap kebenaran, dan keterbukaan
pemikiran adalah etos keilmuan umat Islam yang menjadi fondasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak hanya melulu persoalan agama, namun
berbagai bidang lainnya. Karena itu, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat
pada masa itu.
Bagian II
Baghdad
Baghdad
Latar sejarah Baghdad berawal dari masa kekuasaan Dinasti
Umayyah selama bertahun-tahun. Kemudian kekuasaan berpindah ke Dinasti
Abbasiyah karena berbagai faktor diantaranya ketidakpuasan terhadap pemerintah
yang sekuler, perbedaan ideologi, dan perbedaan pendapat atas siapa pewaris sah
takhta Islam. Gerakan revolusi Abassiyah ini memulai suatu peradaban yang akan
menjadi tonggak kemajuan kota Baghdad selanjutnya. Dimulai dari pendirinya Abu
Abbas Al-Safah, lalu penerus pembangun pilar-pilar negara Abu Ja’far
Al-Manshur, dilanjutkan anaknya Al-Mahdi. Setelah itu Al-Mahdi pun menunjuk putra
tertuanya Al-Hadi, dan diteruskan saudaranya Harun Al-Rasyid. Sebagai
penggantinya Harun Al-Rasyid menunjuk Al-Amin lalu Al-Makmun adiknya sebagai
penerus kedua. Begitu seterusnya hingga kekhalifahan runtuh.
Baghdad merupakan kota kuno, didirikan oleh orang-orang
Persia di sebelah barat Sungai Tigris. Baghdad juga merupakan pusat perdagangan
yang kerap diunjungi oleh pedagang dari Cina dan India. Ketika berada di bawah
kekuasaan Dinasti Abbasiyah, masa keemasan Islam berada saat pemerintahan
khalifah Harun Al-Rasyid dan dilanjutkan oleh salah satu putranya, Al-Makmun.
Kegemilangan Baghdad sebagai pusat politik dan pemerintahan
tercermin oleh bangunan-bangunan yang megah dan tempat-tempat peribadatan. Saat
itu pula, Khalifah Harun Al-Rasyid mendirikan bermacam-macam sarana di berbagai
bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan perdagangan. Dalam bidang pendidikan
terdapat Khaznatul Hikmah sebagai lembaga penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian. Ada pula Al-Mudzakarah, lembaga
kajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid,
dan istana.
Khalifah Harun Al-Rasyid adalah pemimpin yang santun dan
dermawan, dihormati rakyat, dan dikenal raja-raja dari berbagai penjuru dunia.
Kecintaannya pada ilmu membawa Islam pada masa keemasannya (The Golden Age of Islam).
Ketika Islam berada pada masa gemilangnya, dunia Barat mengalami
zaman kegelapan. Masyarakat Barat masih memercayai mitos sehingga tidak dapat
maju karena terkekang khayalan-khayalan tidak rasional. Sementara di Baghdad
telah tertanam budaya membaca yang mampu membuka wawasan masyarakatnya. Ditambah
dengan didirikannya pabrik kertas pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid yang
memproduksi kertas secara besar-besaran, telah mempermudah buku untuk dicetak
dan diakses oleh masyarakat luas.
Wawasan luas oleh budaya membaca itulah yang membuat
masyarakat Baghdad begitu maju. Mereka bahkan sudah mengakui kebebasan berpikir
sebagai hak asasi manusia. Lalu pada saat masyarakat Barat masih menyembuhkan
penyakit dengan ilmu takhayul, para ahli di Baghdad telah memperkenalkan ilmu
kedokteran modern.
Warga Baghdad selain membaca juga mencintai seni dan sastra.
Pada masa keemasannya di era Abassiyah banyak karya sastra yang muncul, salah
satu karya sastra yang sangat terkenal adalah cerita 1001 Malam (Alf Lailah wa
Lailah).
Di pusat pemerintahan Baghdad banyak penyair, pujanggga,
atau sastrawan, salah satunya adalah Abu Nuwas. Penyair ini terkenal karena
anekdot dan kisah-kisahnya yang konyol, menjadi simbol kemajuan sastra Arab
karena ceritanya yang mengkritisi pemerintahan dan keadaan di Baghdad saat itu
lewat dongeng.
Pada masa ini, karya sastra yang mendapatkan dukungan dari
kekhalifahan mampu mendongkrak perkembangan kesusastraan ke babak baru yang
lebih maju dan berkualitas. Sedangkan kemajuan dalam bidang seni rupa tercermin
oleh bangunan dengan arsitektur mewah yang muncul di Baghdad, khususnya istana khalifah.
Perdagangan adalah pilar penting dalam menyokong
perekonomian masyarakat Arab kala itu. Kota Baghdad merupakan pusat
perekonomian raksasa dengan berbagai industri dan komoditas. Letak geografis
Jazirah Arab sebagai sebuah jalur perdagangan menjadikannya pusat kegiatan
pertukaran barang-barang di antara para saudagar dari Asia Tengah, Mesir, Irak,
Ethiopia, Persia, dan Rum. Pedagang Islam sendiri telah sampai ke berbagai
penjuru dunia untuk berdagang. Perdagangan itulah yang mampu menopang
perekonomian negara.
Namun selepas masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan putranya
Al-Makmun, kekhalifahan diganti oleh Al-Mu’tashim dan setelahnya Al-Watsiq.
Sejak itu, kemerosotan demi kemerosotan terjadi. Ketidakcakapan khalifah,
serangan dari negara lain, dan terjadi berbagai pemberontakan menandai kemunduran
Dinasti Abbasiyah. Bukan hanya dari luar, keroposnya pilar-pilar negara Dinasti
Abbasiyah adalah faktor yang paling menentukan kerobohan peradabannya. Hingga
pada akhirnya, Dinasti Abbasiyah benar-benar hancur, menyisakan peninggalan
sejarah besar.
Bagian III
Andalusia
Andalusia
Islam di Andalusia tidak bisa dilepaskan dari sosok bernama
Tariq bin Ziyad yang merupakan utusan Dinasti Umayyah di Damaskus. Keberhasilan
invasi muslim di Eropa yang gemilang tidak lepas dari peran Tariq bin Ziyad dan
pasukannya. Pasukan Islam saat itu sesungguhnya jauh lebih sedikit dibandingkan
musuh tetapi tetap mampu berjaya. Ini adalah cerminan betapa Tariq dan
pasukannya memiliki motivasi yang tinggi untuk menaklukkan wilayah Andalusia
tersebut.
Perjuangan pasukan Tariq bin Ziyad ini tidak sia-sia. Pada
masa Abassiyah, wilayah ini menjadi pelarian orang-orang Dinasti Umayyah dan
turut menjadi wilayah penting dari kekuasaan Islam di era Dinasti Umayyah.
Andalusia lambat laun menjadi terkenal dengan kemajuan di bidang budaya, ilmu
pengetahuan, pendidikan, politik, dan lain sebagainya. Bahkan, Andalusia
menjadi gerbang renaisans Eropa pasca masa kehancuran penguasaan Islam di
wilayah ini.
Penaklukkan Andalusia oleh Tariq bin Ziyad bukanlah yang
pertama kali dilakukan Dinasti Umayyah. Jauh sebelumnya, Abdurrahman bin
Muawiyah, salah satu tokoh Dinasti Umayyah yang melarikan diri dari revolusi
Dinasti Abassiyah di Damaskus telah sampai ke Andalusia. Di sana, Abdurrahman
bin Muawiyyah mendapatkan pengikut yang tidak puas dengan pemerintahan di
Andalusia dan membantunya untuk menduduki wilayah tersebut. Andalusia pun jatuh
ke tangan Abdurrahman yang diberi gelar Al-Dakhil (pendatang). Lambat laun,
satu persatu kota-kota di Andalusia diduduki oleh Abdurrahman Al-Dakhil dan
pengikutnya.
Pada era Abdurrahman, dalam waktu yang tidak lama Andalusia berkembang
pesat. Andalusia kelak menjadi tonggak berdirinya Dinasti Umayyah II, pesaing
bagi Dinasti Abassiyah di Damaskus.
Masa pemerintahan Abdurrahman Al-Dakhil diwarnai
pemberontakan yang disulut Dinasti Abassiyah. Dinasti Abassiyah masih menaruh
dendam dan terus berusaha untuk menumbangkan Dinasti Umayyah di Andalusia.
Selepas peninggalan Abdurrahman Al-Dakhil, kekuasaan diteruskan oleh putranya
Hisyam bin Abdurrahman.
Hisyam dikenal berjasa sebagai penguasa yang menegakkan
hukum Islam. Perilakunya yang santun tetapi tegas dalam memerintah membuahkan
segudang kontribusi pada perkembangan Islam di Andalusia. Di masanya, Prancis
Selatan berhasil ditaklukkan dan bidang pendidikan maju dengan pesat.
Sayangnya, tidak lama kemudian Hisyam bin Abdurrahman
menemui ajal dan digantikan oleh putra mahkotanya, Hakam bin Hisyam. Pada masa
selanjutnya, belum ditemukan pemimpin secakap Hisyam bagi Dinasti Umayyah.
Sementara pada saat yang bersamaan banyak wilayah yang terlepas dari genggaman pemerintah,
terjadi pembelotan oleh kaum Kristen, serta kondisi politik dan pemerintahan
carut marut.
Hingga beberapa generasi setelahnya yaitu ketika Abdurrahman
III naik takhta, perlahan kekacauan di pemerintahan terselesaikan dengan baik.
Abdurrahman III merebut kembali provinsi-provinsi yang hilang, melawan
musuh-musuh dari dalam maupun luar, dan memulai peradaban besar yang maju dan
mampu bersaing dengan Baghdad (Dinasti Abassiyah) yang terlebih dahulu jaya.
Kegemilangannya dalam memerintah dan berpolitik serta berbagai penaklukkan yang
dimenangkan membuat Abdurrahman III disanjung sebagai penguasa yang penuh
prestasi dan berhasil. Setelah 49 tahun lamanya, kepemerintahannya dilanjutkan
oleh pewarisnya, Hakam II. Pada era ini ilmu pengetahuan berkembang sedemikian
rupa hingga mampu menyaingi Baghdad. Ibu kota Dinasti Umayyah II, Kordova,
ketika itu menjadi salah satu pusat peradaban dunia selain Baghdad dan
Konstantinopel.
Periode Abdurrahman III dan Hakam II inilah yang membawa
Andalusia pada masa emasnya. Berbagai prestasi berhasil dicapai pada era ini,
yaitu pencapaian berupa peradaban modern yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal itu mengindikasikan bahwa Islam memang benar-benar membawa pencerahan di
Eropa.
Kemudian, masa kemunduran setelah masa keemasan mulai tampak
karena tiadanya pemimpin yang cakap. Selepas Hakam II, putranya Hisyam II yang
masih belia hanya menjadi boneka dan kekuasaan sesungguhnya ada di tangan pamannya
Al-Hajib Al-Mansur. Al-Mansur akhirnya menemui ajal di medan pertempuran. Karena
ketidakmampuan dan kelemahan Hisyam II, maka kekuasaan dipegang oleh sepupunya
Muhammad II atau Al-Mahdi. Namun Muhammad II pun tidak lama menduduki takhta.
Masa-masa setelah itu, perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan tidak dapat
terhindarkan. Ketika Hisyam II diangkat menjadi khalifah, Andalusia dilanda
krisis kepemimpinan. Dinasti-dinasti kecil yang menentang kekhalifahan mulai
bermunculan dan berbagai masalah di tubuh pemerintahan membuat Andalusia
semakin lemah.
Para penguasa Kristen melihat kelemahan ini dan mulai
merebut wilayah Islam satu persatu hingga hanya tersisa Granada yang bertahan
2,5 abad lamanya. Umat Kristen bertambah kuat, dipicu dengan perkawinan antara
Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Para penguasa baru tidak punya toleransi
seperti penguasa Andalusia terdahulu (Islam) dan menghabisi pengaruh Arab. Umat
Kristen mengusir dan membunuh orang Islam dan Yahudi yang dianggap sesat.
Setelah itu, Andalusia benar-benar jatuh. Pembakaran satu juta buku umat muslim
di lapangan Granada menandai akhir dari peradaban Islam di Spanyol.
Kordova, ibu kota Dinasti Umayyah pada masa Hakam II
merupakan pusat kebudayaan dunia. Berbagai keindahan dan kemewahan yang ditampilkan
di Kordova mengantarkannya menjadi yang terdepan di Eropa kala itu.
Ketika itu, masyarakat sangat toleran. Umat yang berlainan agama
hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya. Nilai-nilai toleransi sangat
kental di Andalusia pada masa kekuasaan Islam. Tidak hanya itu, penyebaran
wawasan melalui buku juga menjadi budaya tersendiri bagi Andalusia. Terdapat
tujuh puluhan perpustakaan di Kordova, perpustakaan utamanya tidak tertandingi
oleh semua tempat lain di Barat.
Andalusia juga bersaing dengan Baghdad di bidang ilmu
pengetahuan. Meskipun Baghdad lebih dulu merengkuh kegemilangan, tetapi
Andalusia mampu menyusulnya. Penerjemahan buku, pendirian universitas, bahkan
pabrik kertas berhasil disusul Andalusia. Salah satu ilmuwan muslim di Andalusia
adalah Ibn Rusyd. Buku-buku Ibn Rusyd banyak dijadikan bahan rujukan dan
pustaka bagi para pelajar yang mempelajari pemikirannya. Selain itu masih ada
Al-Ghazali dan Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin Bajjah. Keduanya adalah ahli
filsafat dan tasawuf yang tersohor.
Lambat laun ketika Andalusia mulai terperosok, negara-negara
Barat mulai bangkit. Beberapa hal yang memicu kemunduran Andalusia diantaranya
ialah konflik Islam dengan Kristen. Konflik ini memang telah terjadi sejak lama
meskipun harmonisme masyarakat Islam, Kristen, dan Yahudi pernah menjadi
keindahan masyarakat majemuk di Andalusia. Selain itu, ideologi pemersatu umat
tidak terjalin dengan sedemikian kuat sehingga seringkali menyebabkan
perpecahan. Selanjutnya kesulitan ekonomi, ketidakjelasan sistem peralihan, dan
keterpencilan Andalusia secara geografis pada persatuan umat Islam di Timur
juga menjadi faktor kemunduran Islam di Andalusia. Di masa akhir, para pemimpin
Andalusia sibuk dengan perebutan kekuasaan yang membuat mereka semakin lemah.
Sedangkan seiring waktu, Eropa semakin maju dalam hal ilmu pengetahuan.
Penutup
Renaisans Islam bukan hanya sejarah, namun pelajaran yang
sangat berharga. Berbagai cerita tentang kegemilangan maupun keterpurukan
peradabannya, semua adalah hal yang dapat kita pelajari untuk mempersiapkan
diri menyongsong masa depan.
Datangnya Nabi Muhammad SAW membawa agama Islam adalah
sebuah gerbang menuju pencerahan bagi Arab. Dalam Islam, umatnya diwajibkan
untuk menuntut ilmu melalui membaca. Ajaran menuntut ilmu itulah yang dijadikan
acuan bagi umat Islam pada zaman itu untuk berlomba-lomba menghasilkan tulisan,
penelitian, literasi dan berbagai karya besar. Bagi umat Islam, menuntut ilmu
merupakan amal ibadah, memberikan spirit tersendiri untuk melaksanakan ajaran
agama. Masyarakat yang menghayati ajaran agama inilah yang menghasilkan salah
satu peradaban terbesar dalam sejarah.
Renaisans Islam ditandai dengan kebangkitan ilmu
pengetahuan, pemimpin yang mendukung kemajuan peradaban, dan para cendekiawan yang
berkomitmen tinggi. Dengan faktor-faktor inilah kemajuan negara Islam berkembang
dengan cepat dan subur.
Peradaban Islam seharusnya menjadi sejarah yang menjadi
inspirasi untuk umat Islam itu sendiri di masa depan. Karena berdasarkan
sejarah, sesungguhnya semangat kemajuan telah lama ada di dalam diri umat Islam
di masa lalu. Untuk itu, hendaknya umat Islam di masa kini dan yang akan datang
mampu menghasilkan semangat setara atau lebih dari umat Islam di masa lalu.
Komentar
Posting Komentar